• No products in the cart.
View Cart
Subtotal: Rp 0

gaji marbot

DMI & BWI Kerja Sama Percepatan Sertifikasi Wakaf Masjid

DMI | Jakarta–Jusuf Kalla selaku Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) bersama dengan Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh menandatangani nota kesepahaman (MoU) di Kantor Pengurus Pusat (PP) DMI, Jalan Matraman, DKI Jakarta, Rabu, 1 Maret 2023.

“Tadi kami menandatangani kerja sama untuk sertifikasi wakaf untuk rumah ibadah. Seperti yang disampaikan Pak Nuh tadi, di Indonesia ini ada 800 ribu masjid dan musala. Tentu yang paling pokok masjidnya,” ujar Jusuf Kalla.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat meningkatkan kesadaran dan kepeduliannya terhadap masjid, serta mewujudkan legalitas wakaf masjid yang bersertifikasi. “Kami mendorong percepatan sertifikasi masjid agar ke depannya tidak ada lagi persoalan karena faktor legalitas. Serta kami mendorong secara bersama-sama peningkatan ekonomi umat sehingga bisa tumbuh di masyarakat dan bisa menjalankan wakaf,” tutur JK.

Hal senada disampaikan Ketua BWI Mohammad Nuh. Dia mengatakan MoU ini untuk memberikan legalitas bagi masjid-masjid di seluruh Indonesia. Rencananya, pada Ramadan mendatang akan ada sertifikasi sebanyak 25.000 aset masjid di Jawa Timur.

“Semoga semua niat baik ini bisa dijalankan dengan baik. Ini akan berjalan terus. Dibutuhkan bukan hanya orang jujur dan baik tetapi juga orang-orang seperti CEO untuk mengatur aset-aset ini ke depan,” ujar Nuh. [fa]

Masjid Ramah Anak, Program Unggulan Dewan Masjid Indonesia 

DMI | Jakarta–Masjid adalah tempat yang representatif dan akomodatif untuk anak melakukan aktivitas. Karenanya, masjid harus memberikan perhatian lebih untuk fasilitas anak bermain, agar anak semakin mengenal masjid diusia dini.

Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Dr. H. Imam Addaruqutni, MA mengatakan, DMI memiliki program unggulan bernama Masjid Ramah Anak, diantara tujuannya adalah mendekatkan anak untuk senang ke masjid.

“Kreativitas pengurus masjid menjadikan program ramah anak menjadi tantangan tersendiri di tengah banjirnya permainan pada gadget anak,” ungkapnya kepada Majalah Gontor saat ditemui di kampus PTIQ Jakarta Selatan, Kamis (19/1).

Imam mengatakan, masjid bisa menjadi play station atau pusat bermain anak. Jangan sampai ada pengumuman anak-anak dilarang bermain di masjid. “Jika ada masjid yang melarang anak bermain di area lingkungannya maka masjid itu tidak ramah anak,” tutur

Berikut adalah hasil Wawancara Sekjen DMI Jatiasih, Fathurroji NK bersama Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Dr. H. Imam Addaruqutni, MA yang juga Wakil Rektor PTIQ Jakarta Selatan dan Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat saat ditemui di kantornya.

sekjen dmi pusat imam andoroqutni

Apa yang melatarbelakangi DMI memiliki program Masjid Ramah Anak?

Era pembangun yang sangat pesat berbarengan dengan budaya digital secara massif, internet yang tidak asing, dan penggunaan gadget yang tinggi, sementara dunia internet yang begitu bebas, menjadikan masjid mengalami semacam keterputusan generasi sehingga masjid jauh dari anak.

Sementara anak asyik dengan permainan yang di gadget, tingkat kriminalitas di luar yang cukup tinggi sehingga anak terisolasi dari masjid. Bahkan terkadang orang tua melarang keluar. Berlatar belakang itu, maka masjid dalam pemikiran DMI perlu revitalisasi perannya dalam konteks ini menjadikan masjid ramah anak.

Bagaimana konsep sederhananya Masjid Ramah Anak?

Konsep ramah anak itu seperti umumnya, tingkah laku anak itu cenderung sembrono, kurang memikirkan akibatnya. Karenanya masih banyak masjid yang lantainya licin, penggunaan kelistrikan yang kurang rapi yang bisa membahayakan untuk anak, atau sarana masjid yang belum memiliki play ground untuk anak.

Bagaimana tanggapan Bapak, terhadap masjid yang melarang anak bermain?

Justru sebaiknya anak bermain di masjid. Bagaimana mendatangakn generasi masjid, jika anak dilarang bermain di masjid. Ketika kita keliling ke beberapa masjid, masih ada suatu papan pengumuman di masjid yang bertuliskan anak-anak dilarang bermain. Semoga masjid bisa lebih memperhatikan anak-anak yang sudah mau di masjid.

Kami beranggapan bahwa transformasi budaya yang semakin pragmatis, jika tidak difilter akan berbahaya bagi anak. Itu semua akan mempengaruhi kehidupan anak, dalam jangka panjang bisa berbahaya untuk anak. Karena itu, gagasan DMI ingin menyambungkan kembali atau menghidupkan kembali regenerasi masjid. Dengan menghadirkan play station atau tempat pusat bermain anak di masjid, sehingga anak bisa bermain dengan leluasa dan menyenangkan.

Kira-kira apa manfaat jika masjid ada play ground?

Revitalisasi terhadap fungsi masjid ini, jika ini diadakan lagi insyaallah masjid menjadi tempat yang paling aman untuk bermain. Bisa menjadi tempat yang paling menyenangakan keluarga untuk membawa anaknya ke masjid. Baru-baru ini, kami ke Kalimantan Tengah meresmikan masjid baru, yang dilengkapi play ground dan bisa diakses free. Dan itu bisa mendekatkan anak dan orangtua ke masjid. Dan DMI juga sudah menghidupkan 3500 PAUD berbasis masjid. Ketika anak di PAUD sudah ada tempat untuk bermain anak.

Anak-anak itu memiliki dunia bermain, tapi jangan tanpa isi, untuk itu masjid juga harus merancang untuk melibatkan anak-anak milenial yang juga sebagai remaja masjid untuk ikut serta dalam menjembatani anak ke masjid. Bahkan masjid hendaknya juga memberikan akses wifi gratis.

Manfaat lain dari masjid untuk  anak-anak?

Masjid tempat sosialisasi paling efektif, karena di sana ada orangtua, ada teladan-teladan, tokoh-tokoh, anak anak juga diperkaya spiritual dan pengalaman. Dan ini harus dihidupkan pada saat ini, jika tidak dihidupkan anak-anak akan menjadi generasi yang sesuai budaya sekarang yang semuanya terkooptasi dengan sistem yang tercerabut dari nilai ajaran Islam.

Untuk menyiapkan masjid yang ramah anak, apa yang dilakukan DMI?

DMI selama ini telah mengadakan pelatihan, baik pelatihan manajemen masjid yang berlangsung secara bertahap di masjid-masjid. Pelatihan manajemen program-programnya, saya sendiri juga melatih masjid-masjid. Masjid juga harus membuat program yang menarik untuk remaja, dengan mengundang pembicara yang mengerti tentang remaja, ustadznya harus benar-benar memahami karakter anak sehingga tidak asing dalam menyampaikan.

Bagaimana Nabi Muhammad memperlakukan anak di masjid?

Suatu saat nabi yang rumahnya nempel dengan masjid, masjid semakin penuh dan kemudian nabi juga membuat tsaqifah yang bicara tentang politik, tsaqifah yang bicara bisnis, tsaqifah tentang pemberantasan buta huruf. Kalau sudah pada waktu sholat, dari masing-masing tsaqifah banyak bertanya tentang apa saja. Nah, tiba-tiba ada anak-anak bermain, salah satunya anak yahudi yang bermain tiba-tiba kencing di masjid. Melihat anak yang kencing di masjid, Umar bin Khatab berdiri mau memukul anak itu, lalu nabi melarang memukulnya.

Bagaimana jumlah masjid ramah anak saat ini?

Kami sudah menjadikan ini menjadi Gerakan DMI. Saat ini jumlah masjid yang menerapkan masjid ramah anak masih jauh dan sedikit. Karena baru mulai juga. Begitu juga manajemen masjid masih jauh dari ideal. Karena tidak melakukan manejemen yang bagus.

Selama ini pengelolaannya asal ada yang dituakan, ada yang adzan, kran tidak bocor, tapi bagaimana memikirkan bagaimana manusianya, padahal itu semua bisa tumbuh kalau masjid berbasis program, dan berbasis pada masyarakt banyak. Jadi kalau anak-anak bisa masuk ke masjid, secara tidak langsung orangtua ikut mengawasi.

Apa imbauan DMI menjelang datangnya Ramadhan?

Menjeang puasa Ramadhan. remaja masjid banyak yang meramaikan masjid, jadi remaja ini karena dia posisi antara out going dan young generation harus dikelola dengan baik. masjid juga harus memikirkan juga internetisasi masjid.

Masjid ramah anak ini kalau boleh menjadi program unggulandi semua masjid yang ada di Indonesia, maka masjid akan lebih makmur, sejahtera dan lebih lebih bagus. Dan anak akan membutuhkan tempat yang paling akomodatif, dan itu ada di masjid. Para DKM, orangtua, takmir harus memikirkan percepatan program masjid ramah anak ini. [adm]

 

 

 

Scroll to top